The Breakfast Club, Film Remaja 80-an, Cerita Menarik, Mau Produksi Ulang

Dalam setiap dekade, Hollywood selalu memunculkan film drama remaja yang unik. The Breakfast Club adalah salah satu film yang berhasil mencuri perhatian dunia. Film ini memuat pesan moral tentang pendidikan sosial.

Banyak sudah film drama yang mengangkat remaja seusia SMA. Industri film Hollywood termasuk paling getol memproduksi film bertarget remaja itu. Tidak hanya keseruan soal perkelahian, seperti film legendaris bertajuk The Outsiders.

Film Outsiders dulu sukses. Selain karena ceritanya tentang kenakalan remaja tahun 80-an, para pemainnya pun terbilang aktor gemilang, seperti Tom Cruise, Matt Dilon, Raplh Machio, dan Thomas Howell.

Juga pada era 90-an, penonton remaja dunia, ternganga dengan film drama komedi American Pie, kisahnya tentang keceriaan masa sekolah dengan bumbu sensualitas.

Nah, The Breakfast Club melengkapi kesuksesan film remaja ala Amerika. Meskipun ceritanya sederhana, bahkan budgetnya rendah, film ini mengalirkan pesan timeless/abadi tentang pentingnya membentuk karakter sebuah kelompok atau tim meskipun para anggotanya berlatar belakang berbeda.

The Breakfast Club,  Inspirasi Tak Lekang Oleh Zaman

The Breakfast Club berhasil membuka mata para pendidik, klub olahraga, penguasaha, terutama bagian HRD bahwa kemajuan keluarga atau perusahaan bisa maju apabila ada satu tim yang memilki kesamaan soal visi.

Jadi, sinema karya John Hughes mengilhami siapapun/pihak manapun yang ingin membangun suatu karakter  berkelompok, grup, maupun tim untuk keperluan apapun.

Hanya satu pemain bintang tenar dalam film ini, yakni Emilio Estevez. Aktor ini sangat pas memerankan tokoh Andrew Clark. Dia terlihat jadi sorotan utama daripada aktor muda lainnya

Wajah Emilio Estevez yang tampak beraura jahil pernah sukses juga memerankan tokoh Billy The Kid dalam film The Young Guns. Film dia yang sukses lainnya adalah St Elmo’s Fire, The Outsiders, dan Men At Work.

Tapi bukan karena kehadiran Estevez yang membuat film The Breakfast Club berhasil. Film ini sukses karena ide ceritanya yang sangat berharga sampai kapapun bagi umat manusia sebagai makhluk sosial.

Kamu pasti setuju kalau sudah menonton film drama komedi ini.

The Breakfast Club

Sinopsis The Breakfast Club

Kisah the Breakfast Club tentang sekelompok remaja satu kelas sama yang kompak, saling, memahami, dan punya tujuan hidup sama. Mereka adalah Claire Standish, Andrew Clark, John Bender, Brian Johnson, dan Allison Reynolds.

Bahkan di sekolah bernama  High School di Shermer, Illinois Amerika, Claire dan Andrew tak pernah bergaul atau bermain dengan remaja lain yang bersekolah di SMA lain.

Meskipun selalu kompak, ternyata mereka masing-masing punya karakter khas sehingga punya julukan akrab di antara mereka.

artikelterkait url1=”https://www.officialmickyward.com/yes-god-yes/” url2=”https://www.officialmickyward.com/the-sandman/” url3=”https://www.officialmickyward.com/chick-flick/” url4=”https://www.officialmickyward.com/kang-dong-won-film/” url5=”https://www.officialmickyward.com/film-hacker/”]

Di Breakfast Club, Claire adalah seorang primadona karena paling cantik, Andrew seorang atlet karena berprestasi jadi pegulat, Brian seorang jenius kutu buku, John seorang kriminal, dan Allison seorang basket case atau berkepribadian aneh dan emosinya tak stabil.

Lantas, mengapa mereka bis jadi kompak akhirnya disebut sebagai The Breakfast Club? Ternyata berawal dari hukuman sekolah yang menimpa mereka pada akhir pekan, tepatnya pada Sabtu 24 Maret 1984.

Hari itulah jadi momen bersejarah mereka jadi kompak. Padahal masing-masing anggota punya latar belakang berbeda-beda.

Suatu ketika, sebelum mereka tersohor dengan nama The Breakfast Club, Claire Standish, Andrew Clark, John Bender, Brian Johnson, dan Allison Reynolds kebetulan sama-sama melakukan pelanggaran sekolah sehingga harus mendapatkan hukuman.

Mereka bersama harus dalam satu ruangan di perpustakaan untuk harus menjalani penahanan selama 9 jam.

Sebagai sanksi atas kenakalan mereka, Wakil Kepala Sekolah, Richard Vernon memberikan tugas yang nyeleneh. Masing-masing anggota The Breakfast Club harus menulis esai minimal seribu kata selama 9 jam itu, tentang jati diri mereka, semacam karya tulis autobiografi.

Pada jam-jam awal mereka menulis, masing-masing terasa bosan, apalagi yang harus diungkapkan adalah tentang diri sendiri dan lingkungan juga pergaulan masing-masing.

Ternyata sampai akhirnya waktunya tuntas pada masa penahanannya, Vernon tak menyangka, ternyata masing-masing punya kesamaan visi tentang hidup hidup, pendidikan, dan juga soal cinta.

Sejak itulah pihak sekolah mendapatkan pencerahan baru bagaiaman menemukan orang-orang yang bisa bekerja sama dalam satu tim atau kelompok untuk tujuan apapun.

Review The Breakfast Club

The Breakfast Club

Sang sutradara John Hughes begitu brilian mampu menangkap lingkungan dan pergaulan remaja seusia SMA pada era tahun 80-an, yang tentu saja sangat berbeda jauh dengan pergulan zaman sekarang yang lebih terkontaminasi dunia gadget.

Ada perbedaan nilai sosial pada diri remaja era The Breafast Club dengan era sekarang. Dengan bumbu komedi yang ringan tapi cerdas, film ini seperti menyatukan lagi keretakan sosial di antara anak sekolah, khususnya di Amerika pada zaman itu.

 Berkat keunikan ide cerita yang memuat pesan sosial dan psikologis yang panting dalam dunia pendidikan, film ini pun kemudian menjadi referensi film dan serial TV lainnya, baik itu sebagai parodi, maupun sebagai kutipan-kutipan dari dialog para aktor dan aktrisnya.

The Breakfast Club sempat jadi unsur yang menguatkan serial Community pada seasion pertama, juga program Carton Network “Regular Show”.

Meskipun kurang mendapatkan apreasiasi terbaik dari para kritikus, setidaknya film drama komedi sederhana tapi beride cerita unik ini mendapatkan rating lumayan bagus di IMDB, yakni 7,8. Bahkan di Rotten Tomatoes, film ini mendapatkan rating 89%.

Johm Hughes selain sebagai sutradara, dia malah lebih produktif sebagai penulis skenario drama komedi. Di tangan dia, film-film drama populer pernah masuk jajaran box office berkat kejelian menangkap unsur yang unik dan lucu pada kekuatan tokoh-tokohnya.

Sebut saja film-film berjudul ini, antara lain: Home Alone, Beethoven, 101 Dalmatians, Flubber, dan Baby’s Day Out.

Berkat kepiawaian dia dalam mengarang cerita film bermuatan pesan sosial, John Hughes kembali mendapatkan kepercayaan untuk menulis cerita film The Breakfast Club Live Read, yang jadi remake film pertamanya.

Tapi The Breakfast Club Live Read masih dalam tahap pre produksi tahun 2022 ini, sedangkan sutradaranya adalah Brando Crawford. Sampai sekarang para pemainnya belum juga diumumkan.

Penutup

Nah itulah ulasan tentang film The The Breakfast Club, yang rencananya akan muncul lagi tahun depan dengan kemasan berbeda, tapi ceritanya mirip.

Film remaja ini meskipun jadul, ceritanya tetap awet sampai kapanpun karena ada pesan moral yang berharga tentang pendidikan dan pergaulan remaja.

Apalagi unsur komedi yang khas ala Amerika, pastinya bakal membuatmu tertawa dengan tingkah polah kejahilan tokoh-tokoh The The Breakfast Club.