Kamu pernah tahu contoh atau sejarah film bisu atau disebut silent film? Dalam ingatanmu, mungkin hanya Charlie Chaplin yang jadi aktornya.
Ya, film bisu disebut juga silent film, yakni film yang diproduksi tidak dengan proses perekaman suara atau dialog antartokoh.
Dalam film bisu, penikmat film ini ”harus” mampu mengerti plot cerita melalui bahasa tubuh atau gerakan pantomim para aktor/aktris film dan teks yang ada pada sela gambar. Jadi, penonton film seperti sedang membaca komik yang isinya dialog dari film jenis tersebut.
Dalam sejarahnya sinema ini kadang-kadang disebut gambar hidup atau rangkaian gambar diam yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan.
Oleh karena itu, rangkaian gambar ini melahirkan kesan hidup dan bergerak, bahkan sinema bisu sangat membantu imajinasi penonton.
Sejarah Film Bisu
Era film bisu mulai pada penghujung abad ke-19, yakni 1890-an hingga akhir 1920-an, tetapi saat itu teknologi film belum berkembang sehingga film era itu dikenal gambar hidup.
Semua film kala itu cuma mengandalkan improvisasi piano sebagai latar atau musik orkestra untuk membangun jalan cerita film.
Di Indonesia, film jenis ini juga diproduksi. Kala itu sineasnya tentu orang Belanda yang meminati perfilman.
Dalam sejarah film bisu Indonesia, para sineas Belanda berhasil mengukir karya film yang kelak menjadi bagian penting perjalanan sejarah perfilman di Indonesia.
Ada beberapa film bisu terbaik yang disebut pula silent film, diproduksi di Hindia Belanda (sebutan Indonesia pada masa penjajahan Belanda) dan film bisu terbaik dari mancanegara, yaitu:
Contoh Film Bisu Indonesia
1. Loetoeng Kasaroeng, Film Bisu Pertama Indonesia
Loetoeng Kasaroeng adalah conton produksi sinema bisu bersejarah dalam perkembangan dunia perfilman Indonesia selanjutnya.
Film bisu pertama karya produksi NV Java Film Company pada 1926 ini adalah garapan sineas Belanda, bernama G. Kruger dan L. Heuveldorp.
Film ini berdasarkan adaptasi dari cerita rakyat Sunda berjudul Loetoeng Kasaroeng. aktor-aktris pribumi jadi andalan sutradara Belanda itu untuk melakoni filmnya tersebut.
Tuan-tuan pejabat perkebunan dan keluarganya ”turun gunung” ke Kota Bandung untuk menonton film Loetoeng Kasaroeng di Metropole dan Majestic. Dua bioskop ternama di Bandung ini selalu penuh kala pemutaran film di hari libur.
Film ini bahkan pernah di-remake pada 1952 dan 1983. Loetoeng Kasaroeng memuat nasihat tentang larangan menilai seseorang dari luar dirinya.
Kisahnya tentang tokoh Purbasari dirundung sedih sebab kekasihnya Guru Minda (berwujud seekor lutung).
Adapun sang kakak bernama Purbararang sangat bangga dengan kekasihnya, manusia asli, pangeran tampan bernama Indrajaya.
Akan tetapi, sebenarnya lutung itu seorang pangeran sangat tampan, keturunan Dewi Sunan Ambu. Dia lebih tampan daripada Indrajaya.
Saat film ini diproduksi, putra-putri Dalem Bandung Wiranatakusumah V, yakni Martoana, Oemar, ikut bermain dalam film bisu itu. Syuting film ini berlangsung di daerah Padalarang, Bandung Barat.
2. Eulis Atjih
Sinema bisu Eulis Atjih masih garapan sutradara Loetoeng Kasaroeng, G. Kruger. Arsad dan Soekria menjadi bintang utama film ini. Film ini resmi diputar di bioskop ada 1927.
Kisahnya tentang kehidupan Eulis Atjih dan anaknya yang disakiti suami sehingga kehidupannya berada dalam kemiskinan. Adapun suami hidup mewah dengan wanita lain, tetapi beberapa tahun kemudian pria ini juga jatuh miskin.
Eulis Atjih juga sekaligus mengenalkan pada dunia luar, nama pulau bernama Indonesia. Beberapa pengamat film menilai kualitas akting aktor pribumi bernama Arsad dan Soekria sebanding dengan aktor Amerika dan Eropa.
Film ini membawa pesan untuk orang Belanda tentang ritual bangsa Indonesia, yakni pernikahan dan pemakaman.
Selain itu, kebiasaan hidup foya-foya akan melahirkan kemiskinan di kemudian hari.
Sejak awal tayang di bioskop Bandung dan Surabaya, para penonton sangat suka dengan Eulis Atjih.
Film bisu yang diiringi musik kroncong ini sempat pula diputar di bioskop Singapura meskipun respons tidak sebagus penonton di dalam negeri.
- 10 Film Christopher Nolan, Brilian dan Mengesankan, Ada Batman
- 8+ Film Spanyol Romantis Terbaik, Mana Ceritanya Paling Asyik?
- 8+ Film Tentang Depresi, Inspirasi Berharga Pentingnya Bahagia
- 10 Film Hacker Populer, Tontonan Wajib Pemakai Komputer
- 7 Film Terbaik Sutradara Angga Dwimas Sasongko, Yuk Nonton
3. Lily van Java
Film ini resmi tayang di bioskop pada 1928. Sutradaranya asal Amerika, yakni Len H Roos. Karena terjadi sesuatu, sang sutradara harus meninggalkan Indonesia sebelum film ini benar-benar selesai diproduksi.
Penggarapan dialihkan pada dua sutradara kembar, Nelson Wong dan David Wong.
Film ini berkisah tentang pemaksaan kawin seorang perempuan dengan laki-laki yang tidak disukainya. Film ini ditengarai sebagai film perdana produksi etnis Tionghoa di Hindia Belanda.
4. Resia Boroboedoer
Film resmi tayang pada Juli 1928. Film Resia Boroboedoer (Rahasia Borobudur) adalah karya produksi Nancing Film Co.
Kisah film tentang seorang gadis bernama Young Pei Fen yang datang ke sebuah bangunan bersejarah di Magelang, Candi Borobudur.
Bangunan ini menyimpan peninggalan berharga, yakni guci berisi abu sang Buddha Gautama.
Aktris utama film ini berasal dari Shanghai, Tiongkok, bernama Olive Young. Sang penjaga candi bernama Gandha Soewasti tidak bisa menahan gadis itu yang memaksa masuk kawasan candi.
Konflik pun memuncak sampai akhirnya Young Pei Fen menghentikan mencari abu Sang Buddha. Dia justru menjalani hidup spiritual sebagai pendeta yang merawat candi bersama Gandha Soewasti
5. Setangan Berloemoer Darah
Film bisu ini tayang perdana pada 1928, berdasarkan adaptasi dari novel karya pengarang etnis Tioghoa-Melayu bernama Tjoe Hong Bo.
Setangan Berloemoer Darah tergolong unik. Pasalnya, film bisu disebut film silent ini memasukkan adegan perkelahian di dalamnya. Kisah film ini tentang balas dendam seorang pemuda kepada para pembunuh ayahnya.
Adaptasi novel jadi skenario dikerjakan oleh jurnalis Soeara Semarang bernama Tan Boen Soan.
6. Njai Dasima
Film bisu ini ditayangkan perdana pada 1929. Film ini berkisah tentang wanita pribumi cantik asal Buitenzorgh (Bogor). Dia ini dijadikan istri simpanan Edward William, seorang bangsawan Inggris. Akan tetapi, nasibnya berubah parah setelah dinikahi Samiun.
7. Si Tjonat
Pada 1929, sutradara produktif pada zamannya, Nelson Wong, menggarap film bisu bergenre laga. Bertajuk Si Tjonat. film ini berkisah tentang pemuda Tjonat yang terkenal sebagai rampok kelas wahid.
Dalam film, tokoh utama ini menghabisi kawannya, kemudian dia juga merampas harta majikannya saat bekerja di lingkungan orang Belanda.
Contoh Film Bisu Dunia
1. Nosferatu
Nosferatu rilis pada 1922, yang dianggap sebagai era film bisu Jerman, yang disebut sebagai silent film yang banyak menginspirasi para produser film Eropa.
Nosferatu yang bergenre horor tidak bertahan lama karena dianggap plagiasi dari film legendaris, Dracula.
Sisa-sisa film yang dihancurkan itu kemudian dirancang ulang pada 1929. Sekira delapan tahun kemudian, Nosferatu menyabet penghargaan The 100 Best Film of World Cinema.
2. The Gold Rush
Pemutaran pertamanya resmi pada 1925. Pelakon utamanya adalah Charlie Chaplin. Pada 1942, film ini meraih penghargaan Rekaman Suara Terbaik dan Musik Terbaik.
Alur cerita filmnya tentang pemburu harta karun berupa emas sampai Alaska. Sang pemburu harta itu dalam perjalanan kisahnya, akhirnya memikat hati wanita pujaannya bernama Georgia.
3. Metropolis
Contoh film bisu bergenre fiksi ilmiah yang resmi tayang pada 1927. Metropolis garapan sutradara Jerman, Fritz Lang, yang berkisah tentang krisis sosial pengusaha dan buruhnya.
Metropolis banyak terkena sensor. Maklum, pada bagian-bagian adegan memuat scene tak layak tonton.
Untung saja, sisa-sisa suntingan film yang disebut silent film ini diselamatkan oleh para sineas Argentina sehingga sampai saat ini semua bagian film tersimpan aman di salah satu museum film Argentina.
Banyak sineas menilai bahwa film ini juga sebagai refleksi visual terkait asal mula masa-masa gedung pencakar langit mulai dibangun.
4. The General
Film yang resmi tayang pada 1928 ini bercerita tentang peristiwa perang saudara di Amerika. The General nyaris tanpa musik sejak awal sampai akhir sehingga dinilai sebagai film bisu paling sunyi.
Walaupun begitu, film ini tergolong monumental dalam sejarah film bisu Amerika. Film yang bergenre action, petualangan, dan humor ini sempat dibuat versi remake pada 1953 oleh sutradara Raymond Rohauer.
5. Passion of Joan of Arc, Film Bisu Pahlawan Prancis
Film bisu yang disebut silent film ini yang resmi tayang pada 1928 ini cerita dasarnya tentang wanita-wanita pahlawan dari Prancis, yakni usaha pembebasan kereta yang isinya tawanan oleh Saint Joan of Arc di Inggris.
Inilah sinema Prancis yang pernah diproduksi dan dianggap terbaik dalam sejarah film bisu Prancis. Sutradaranya adalah Dreyer Denmark.
6. Earth, Film Bisu Ukraina
Sutradaranya Alexander Dovzhenko asal Ukraina. Resmi tayang pada 1930, Earth adalah sienma berlatar cerita Uni Soviet saat zaman pemberontakan para pemilik tanah Kulak.
Film ini dinilai sebagai salah satu contoh film bisu terbaik penutup abad ke-20. Alur cerita diawali ketika perjuangan seorang kakek untuk kolektivisasi. Dia ditentang kaum komunis yang menolak proses kolektivisasi di semua desa.
Sang cucu hadir untuk membela kakeknya itu dalam pengelolaaan ladang, tetapi saat sukses mengelola lahan di desa itu, seorang tidak dikenal, justru menghabisi cucu si kakek.
7. City Lights, Film Bisu Charlie Chaplin
Resmi tayang pada 1931, inilah film garapan sutradara Charlie Chaplin sekaligus jadi pemainnya.
City Lights adalah karya sinema pamungkas Chaplin. Karya sinema terakhirnya ini dianggap sinema bisu terbaik selama karier Chaplin dan paling banyak menguntungkan penghasilan.
Kisahnya tentang Chaplin jatuh hati pada gadis tunanetra yang berprofesi sebagai penjual bunga. Gadis ini juga telah menjalin persahabatan dengan pecandu alkohol yang kaya raya.
Penutup
Nah, itulah contoh film bisu Indonesia dan mancanegara, yang ternyata masih bisa kamu nikmat dalam saluran streaming resmi.
Kamu tinggal pilih, mana film bisu kesukaaanmu. Semoga saja kamu dapat inspirasi. Selamat menonton film bisu, ya.